Social Icons

Pages

Senin, 14 Januari 2013

laporan pip semester 1



LAPORAN PRAKTEK LAPANG (FIEDLTRIP)
PENGANTAR ILMU PERTANIAN
logo-universitas-muhammadiyah-makasar.jpg
OLEH
KELOMPOK  3

IMAM WAHYUDI
SUPRIADI. L
FITRIANI
NURAENI
AGUS
FAIZAL
HARDIANTI HIDAYAT

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Praktek Lapang dengan judul TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN, DI SUNGGUMINASA DI BALAI BESAR PUSAT PENELITIAN BATANGKALUKU, KABUPATEN GOWA
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi Laporan Praktek ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan Laporan Praktek ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi Laporan Praktek ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada;
1. Bapak Tola S,ST. Selaku pembimbing Ilmu Pertanian Budidaya pangan dan ikan.
2. Ibu Sumarni, S.PT, M.Si Selaku pembimbing Ruang-Ruang Pengolahan
3. Serta sederatan Dosen Pengampuh Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian            Berkelanjutan

Kritik dan saran sangat diharapkan demi terwujudnya kesempurnaan laporan ini,juga sebagai bahan perbaikan dan penyusunan bagi penulis dimasa mendatang. Demikian laporan ini disusun, dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua .Amin ya rabbal alamin.
                                               

                                                                                                                                Koordinator Kelompok  3

                                                                                                        Imam Wahyudi
                                                                                                     Nim 105960 1327 12

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan 2
1.2.1. Tujuan 2
1.2.2. Kegunaan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Pengertian Pertanian Berkelanjutan 4
2.2. Tanaman Pangan dan Holtikultura 5
2.3.  Kompos dan Biogas 5
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK 6
3.1.  Waktu dan Tempat 6
3.2. Metode Penelitian 6
BAB IV PEMBAHASAN 9
4.1. Pertanian Tanaman Pangan 9
4.2. Teknik Budidaya Tanaman Pangan 14
4.3. Teknik Pembutan Biogas 15
BAB V PENUTUP 20
5.1. Kesimpulan 20
5.2. Saran 20
LAMPIRAN 21

 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktek lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Lapangan akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun  kenyataan yang sebenarnya.
Praktek memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier dan ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja, mahasiswa dapat menilai tentang pengembangan dari ilmu yang mereka miliki. Dengan demikian mahasiswa di tuntut agar Praktek Lapangan menjadi media pengaplikasian dari teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke tempat kerja serta meningkatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi.
Praktek Lapangan dapat menjadi media promosi lembaga terhadap institusi kerja. Kualitas lembaga perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas para mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja lapangan tersebut. Selain itu praktek lapangan juga dapat membantu institusi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja akademis yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dimilikinya. Mahasiswa akan merasakan secara langsung perbedaan antara teori di kelas dengan yang ada di lapangan. Praktek Kerja Lapangan sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengalaman kerja sehingga dapat menjadi tenaga kerja profesional nantinya. Lebih dapat memahami konsep-konsep non-akademis di dunia kerja. Praktek kerja lapangan akan memberikan pendidikan berupa etika kerja, disiplin, kerja keras, profesionalitas, dan lain-lain. Manfaat Praktek Lapangan antara lain:
1.       Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan keterampilan untuk melaksanakan program kerja pada perusahaan maupun instansi pemerintahan. Melalui praktek kerja lapangan  mahasiswa mendapatkan bentuk pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi dunia kerja . Selain itu, mahasiswa akan menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi di dalam dirinya melalui praktek kerja lapangan.
2.      Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Lembaga dapat menjalin kerjasama dengan dunia usaha, Lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan Instansi Pemerintahan. Praktek Lapangan dapat mempromosikan keberadaan Akademik di tengah-tengah dunia kerja.
3. Bagi Tempat Praktek
Institusi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademi dari praktek kerja lapangan tersebut. Dunia kerja atau institusi kerja tersebut akan memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya. Kemudian laporan praktek kerja lapangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai situasi umum institusi tempat praktek tersebut.
2.1. Tujuan dan Kegunaan       
2.1.1.      Tujuan

-          Untuk mengetahui secara luas tentang pertanian
-          Untuk mengetahui tentang budi daya tanaman
-          Untuk mengetahui pembuatan kompos dan biogas

2.1.2.      Kegunaan

-          Dapat memahami ilmu pertanian secara luas
-          Mengetahui tentang budi daya tanaman dan ikan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu tersebut kepada masyarakat
-          Mengetahui teknik pembuatan pupuk dan biogas sebagai unsur syarat pokok dalam pertanian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertanian Berkelanjutan
           
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR, 1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
      Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal digunakan secara ramah  dan yang dapat diperbaharui.
      Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan risiko.
      Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
      Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup (manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
      Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.          
        Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma ilmu. Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak yang mempercayainya hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b) apa saja pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena pertanian berkelanjutan. Dalam  perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu paradigma ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana, apa dan untuk apa.        

2.1. Tanaman Pangan dan Holtikultura

a.      Teknologi pangan

Teknologi pangan adalah aplikasi dari ilmu pangan untuk sortasi, pengawetan, pemrosesan, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan bahan pangan yang aman dan bernutrisi. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.

b.      Hortikultura

Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Orang yang menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.


2.3. Kompos dan Biogas
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.












BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

3.1. TEMPAT & WAKTU
A.    Tempat & Waktu Penelitian
Praktek Studi Lapang ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku dan di Kabupaten Gowa Yang berlangsung pada Hari Kamis, Tanggal 29 November 2012, pukul 08.30 sampai selesai
B.     Objek Sasaran
Pada praktikum Studi Lapang di Balai Besar Pusat Penelitian adapun objek yang diamati adalah seperti:
1. Budidaya Tanaman Pangan
2. Budidaya tanaman Holtikultura
3. Kandang Ternak
4. Pembuatan Biogas
5. Pembuatan Pupuk Kompos

3.2.  METODE PENELITIAN
            A. Pembuatan Biogas
CARA MEMBUAT BIOGAS (GAS METAN, CH4) DAN PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN TERNAK

1. Siapkan biang atau ragi, sekitar 2 liter kotoran ternak segar, + 2 liter air. Simpan dalam botol/jerigen terbuka selama 2 bulan.
2. Siapkan drum besar, masukkan kotoran bersama peragi, beri air 1 : 1, sesekali diaduk sampai penuh.
3. Masukkan drum kecil terbalik (tidak bocor) yang sudah diberi selang dan kran udara pengeluar gas dan udara. Tekan sampai tenggelam sempurna (tidak boleh ada udara terkurung).
4. Sekitar 2 minggu, drum kecil mulai terangkat, berarti biogas sudah timbul gas. Gas pertama dibuang dengan membuka kran, drum kecil ditekan, karena tercampur udara. Bila dinyalakan bisa meledak. Selanjutnya gas elpiji (LPG) gratis ini sudah dapat dipakai untuk memasak.

Bila gas sudah habis, tidak diproduksi lagi berarti kotoran ternak tersebut sudah jadi pupuk kompos, tidak bau, penyubur tanah, sayuran kualitas istimewa, harga mahal. Untuk menghemat kotoran ternak, dapat juga dicampur makanan bekas yang, sayuran, sampah organik.
B. Cara praktis pembuatan bokashi jerami - pupuk kandang

Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
(1). dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras dan bebas dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan hujan,
(2). dekat dengan sumber bahan organik: jerami, pupuk kandang, sampah, sekam, dedak dll.,
(3). dekat dengan sumber air, dan
(4). transportasi mudah.
Alat yang diperlukan: Garuk atau cangkul, Pemotong rumput atau sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan Karung atau plastik.
Bahan
1. Jerami dicacah halus 3- 5 cm : 500 kg
2. Pupuk kandang : 500 kg
3. EM-4 : 500 mL
4. Gula pasir : 250 gram
Cara pembuatan:
1. Larutan EM-4. Masukkan 20 mL EM-4 + 10 gram gula pasir + air bersih 1.000 mL ke dalam jerigen tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan selama 24 jam.
2. Jerami + pupuk kandang dicampur merata di atas lantai.
3. Tambahkan larutan EM-4 ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes
4. Buat gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni.
5. Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50 oC gundukan harus dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan EM-4.
6. Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak lolos saring dikomposkan kembali.



BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pertanian Tanaman Pangan
            Tanaman pangan merupakan salah satu subsektor pertanian dan ekonomi  yang sangat penting dan strategis, karena subsektor tanaman pangan merupakan  salah satu subsektor bagi  pemenuhan pangan bagi rakyat Indonesia, merupakan  salah satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan  sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi bangsa Indonesia. Dibalik nilai (value) yang penting dan strategis tersebut, subsektor  tanaman pangan juga merupakan  salah satu pusat kemiskinan di Indonesia. Pengusahaan lahan yang sangat sempit  dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi faktor penyebab kemiskinan  bagi pelaku usaha (petani) tanaman pangan.  Sementara itu, disisi lain, pelaku usaha (petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun kekuatan  pangan nasional melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks  pertanaman.  Tuntutan  tersebut sering kali terbentur pada ketidakberdayaan petani dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi karena keterbatasan modal usaha. Menyadari begitu rumit permasalahan pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan maka upaya keterpaduan dan penyelarasan antar sektor/subsektor, baik di Pusat dan Daerah.  Pada tahun 2012, untuk menetapkan pencapaian Empat Sukses Kementerian Pertanian  sebagai sasaran strategis meliputi a) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani.  Orientasi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dilakukan secara bersamaan untuk memberikan rasa keadilan bagi  petani.
            Tanaman di misalkan tanaman padi. Padi merupakan tanaman yang paling penting di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya. Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Hama yang banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah (lembing batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi. Hama tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2baris padi di pinggir petakan. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya ditanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dandi daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi kedaerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki. Dalam penanggulanga hama tikus biasanya para petani menggunakan emposan tikus, Alat ini efektif untuk digunakan membasmi hama tikus disawah. Caranya adalah dengan membakar jerami plus belerang didalam tabung alat, kemudian menghembuskan angin dengan cara memutar tuas kipas, maka asap beracun akan keluar. Asap inilah yang dimasukkan/ diarahkan ke dalam lubang-lubang tempat tikus bersembunyi dilahan persawahan. Dengan pengasapan ini maka tikus-tikus tersebut akan mati. Keunggulannya yaitu kaerna menggunakan bahan pipa galvanized sehingga tahan karat dan lebih awet
4.1.1. BUDI DAYA TANAMAN PADI JAJAR LEGOWO
             Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi.
4.1.2.  SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan hasil.
4.1.3. PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
http://distan.majalengkakab.go.id/bid-tp/images/stories/sistem-tanam-jajar-legowo_21.jpg
sistem tanam jajar legowo (2 : 1)
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
http://distan.majalengkakab.go.id/bid-tp/images/stories/sistem-tanam-jajar-legowo_31.jpg
sistem tanam jajar legowo (3 : 1)
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem tanam jajar legowo (4 : 1)
Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 + jumlah legowo).
Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut ;
Jajar legowo (2:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Tipe sistem tanam jajar legowo (4:1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.
Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah ;
1. Sistem tanam jajar legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
2. Sistem tanam jajar legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya penambahan populasi.
3. Pada baris kosong jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
4. Sistem tanam jajar legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
5. Dengan membutuhkan waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam jajar legowo.
Dengan budi daya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
4.2. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya.
Oleh karena itu, sebagian besar tanaman pangan yang ditanam di negara ini adalah padi. Daerah lumbung padi di Indonesia sebagian besar adalah di pulau Jawa, Bali dan Sumatra. Walaupun sebagian besar beras diekspor dari negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang konsumsi beras nasional. Selain padi, makanan pokok lainnya adalah sagu, singkong, jagung serta ubi.
Tanaman pangan yang dapat ditemui sehari-hari dan ditanam di pekarangan rumah adalah sayur mayur dan buah-buahan yang dapat diolah menjadi masakan dan beberapa tanaman dapat dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat, sebagian besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah yang dijadikan lalapan dan sebagian besar dari sayuran tersebut diambil dari kebun mereka sendiri.
Memakan sayuran dari kebun sendiri lebih sehat daripada membeli sayuran di pasar karena sayuran kebun tumbuh secara alami tanpa terkena bahan-bahan yang berbahaya seperti pestisida. Banyak memakan sayuran dan buah sangatlah baik untuk kesehatan. Selain mengandung banyak serat dan vitamin, tanaman juga dapat membuat awet muda, memuluskan kulit serta melunturkan lemak.
Selain kedua jenis tanaman tersebut, jenis tanaman pangan lainnya adalah tanaman yang dapat diolah menjadi makanan lain atau jenis holtikultura. Salah satu contoh jenis tanaman ini adalah kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, susu dan makanan lainnya. Tanaman holtikultura juga merupakan bagian dari pertanian yang memiliki peranan penting bagi dunia industri di Indonesia.
Tanaman tersebut menjadi bahan baku pokok untuk berbagai produk makanan, baik yang diawetkan/instan atau makanan lainnya. Selain itu, holtikultura juga mendatangkan devisa bagi negara yaitu sebagai komoditas ekspor. Sayangnya dunia pertanian di Indonesia saat ini mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak menaruh minat serius untuk mengembangkan berbagai bibit tanaman unggul seperti yang difokuskan pada jaman Orde Baru ketika Indonesia terkenal jaya sebagai negara swasembada pangan yang menjadi kiblat percontohan negara-negara lainnya terutama negara tetangga.
Namun, walaupun beberapa bahan makanan pokok dan tanaman holtikultura penting saat ini masih diimpor dari negara lain, kebutuhan tanaman pangan di Indonesia masih mencukupi untuk konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
4.3. TEKNIK PEMBUATAN BIOGAS
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda Biogas atau sering disebut pula gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam dalam air dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa udara). Biogas ini sebenarnya dapat pila terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mampercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya zat tersebut.
Jika kotoran ternak yang yang telah dicapur air atau isian (slurry) dimasukkan kedalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerobik dan proses anarobik. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya berupa karbon dioksida (CO2). Proses ini berakhir setelah oksigen didalam alat ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut pada tahap kedua (proses anaerobic). Pada proses yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas alat ini harus tertutup rapat, tidak berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara (tanpa udara).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam prosesntasenya yang cukup tinggi (54 – 70 %). Akibat lain yang ditimbulkan karena penggunaan kotoran ternak sebagai biogas adalah :
1.      Mengurangi ketergantungan pada pemakaian minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya mahal.
2.      Mengurangi dampak yang muncul dari polisi yang disebabkan oleh kotoran.
3.      Dalam jangka panjang, diharapkan mampu mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan bakar sehingga kelestarian hutan menjadi lebih terjaga.
4.      Sisa campuran kotoran yang sudah tidak menghasilkan gas (sludge) dapat digunakan pupuk organik yang baik.
BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat peralatan adalah :
1.      3 buah drum (200 Liter) dan sebuah drum (120 liter). Bisa terbuat dari seng atau plastik.
2.       pipa dengan diameter 0,5 inchi (1,25 cm) dilengkapi dengan kran untuk saluran gas.
3.      pipa dengan diameter 2 inchi (5 cm) untuk sdaluran isian dan pembuangan.
4.      corong dengan dimeter ujung 2 inci, sebagai corong pemasukan.
5.      selang untuk penyaluran gas.
DESAIN ALAT
Cara membuat alat sebagai berikut :
1. Tabung Produksi
Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah drum yang dibuka separo (0,5 diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan. Pada sisi drum yang lain dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang dihubungkan dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan (masing-masing pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut dengan sebuh penopang. Usahakan ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong, untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak terguling (menggelinding) , sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua pipa tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan disambungkan dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi sudah jadi dan bisa dihubungkan dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui kran.

2. Tabung penyimpan
Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum kecil (120 Lt) pada sisi yang lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk pengeluaran. Sambungkan kedua lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran pasang kran. Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum kecil dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi dengan air. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya, jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji drlr kekegapannya, kalau ada yang bocor harus ditambal atau diganti.
CARA PEMBUATAN:      
1.      Yang dilakukan pertama kali adalah membuat isian yaitu campuran dari kotoran ternak yang masih segar dengan air dengan perbandingan 1 ; 1,5
2.      Aduk hingga rata dan bersihkan dari benda benda0benda lain yang mengkin terbawa
3.      Masukkan isian ke dalam tabung produksi sampai penuh (ada yang keluar dari pipa buangan)
4.      Buka kran pada tabung produksi, yang telah dihubungkan dengan tabung penyimpan melalui sebuah selang.
5.      Masukkan air kedalam tabung penyimpan (drum 200 lt_ sampai ketinggian 50 cm.
6.      Masukkan drum kecil kedalamnya dan biarkan tenggelam sebagian. Jangan lupa tutup kran pembuangan gas.
7.      Setelah 3 minngu, gas mulai terbentuk ditandai dengan terangkatnya drum kecil. Gas ini masih bercampur udara sehingga rawan meledak, karena itu harus dibuang dengan cara membuka kran pembuangan. Setelah habis, (ditandai dengan turunnya kembali drum kecil) maka kran kembali ditutup. Dan berikutnya gas yang terbentuk sedah dapat digunakan.
8.      Pengisian selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, banyaknya sekitar 20 liter.         
a. Manfaat Energi Biogas
Manfaat  energi  biogas  adalah  menghasilkan  gas  metan sebagai  pengganti  bahan  bakar khususnya  minyak  tanah  dan dapat  dipergunakan  untuk  memasak. Dalam skala  besar,biogas  dapat  digunakan  sebagai  pembangkit  energi  listrik.  Di  samping  itu,  dari  proses produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai pupuk  organik pada tanaman/budidaya  pertanian. Dan yang lebih  penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui. Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut mengingat cukup banyaknya populasi  ternak .  Jumlah sapi 11 juta ekor, kerbau 3 juta ekor dan kuda 500 ribu ekor . Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan  ±  2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas juga sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah.  Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak kecil pula.
c.       Kelebihan dan Kekurangan Biogas
Selain bermanfaat sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
1.      Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk dijadikan kayu bakar.
2.      Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat karena tidak mengeluarkan asap.
3.      Kandang hewan menjadi semakin bersih karena limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
4.      Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
5.      Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak
6.      Realatif lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran.
Adapun kekurangannya adalah   :
1.      Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi biogas.
2.      Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai terutama dalam proses produksi.
3.      Belum dikenal secara meluas dalam masyarakat.
4.      Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam tabung.

Jenis-Jenis Biogas
Ada dua macam Biogas yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang juga sering disebut gas rawa) dan Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua bahan diatas adalah cara pembuatannya.
4.1       Biogas
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi biogas didominasi oleh Komposisi biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2) 25-45%, Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%, Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%. Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel
4.2       Biosyngas
Biosyngas (atau lebih sering disingkat Syngas atau Producer Gas) adalah produk antara (intermediate) yang dibuat melalui proses gasifikasi termokimia dimana pada suhu tinggi material kaya karbon seperti batubara, minyak bumi, gas alam atau biomassa dirubah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Hidrogen (H2). Apabila bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka disebut Syngas, sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas. Biosyngas dapat digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk proses kimia lainnya. Kandungan energi biosyngas kurang lebih 3 – 8 MJ/N.m3 (mega joules per normal meter kubik), tetapi dapat mencapai 10 – 20 NJ/N.m3 jika menggunakan oksigen murni digunakan dalam proses gasifikasi. Jika dalam proses gasifiksi ditambahkan uap/steam, yang disebut “reforming”, gas yang dihasilkan akan mengandung hidrogen (H2) dalam konsentrasi tinggi.









BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada saat penilitian dapat di simpulkan bahwa Pertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan. Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.
Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.

5.2.   SARAN
Dengan sengaja kami buat Laporan Praktek ini yang bertujuan agar bisa membantu petani dalam peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas. Dengan disusunya Laporan Praktek ini kami berharap para pembaca atau petani bisa menerapkan metode-metode budidaya tanam pangan maupun cara pembuatan kompos telah kami buat ulasannya. Agar Laporan Praktek yang kami buat tidak sia-sia atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.







LAMPIRAN
DSC_0000459.jpg
Mesin Pencacah bahan kompos
DSC_0000446.jpg
Mesin penggiling kompos ( copper)

DSC_0000447.jpgMesin penyaring kompos
IMG0332A.jpg
Mesin Pemipit jagung
DSC_0000473.jpg
Mesin penggiling beras
DSC_0000475.jpg
Mesin penggiling jagung
DSC_0000480.jpg
Mesin penggiling kakao
IMG0347A.jpg
Mesin Penggiling daging
DSC_0000461.jpg
Tabung  penampungan  Biogas
DSC_0000479.jpg
Mesin pengering kakao
IMG0337A.jpg
Mesin penggiling gabah
DSC_0000474.jpg
Mesin penggiling Ubi kayu dan Kelapa Dalam
DSC_0000481.jpg
Mesin Pemecah kakao dari kulitnya
DSC_0000482.jpg
Mesin pengiris kripik
IMG0356A.jpg
Mesin pengemas plastik
DSC_0000484.jpg
Alat peniris kripik yang sudah digoreng
DSC_0000488.jpg
Alat  penggoreng Kripik
DSC_0000491.jpg
http://distan.majalengkakab.go.id/bid-tp/images/stories/sistem-tanam-jajar-legowo_41.jpg
Alat pengemasan susu kedelai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar