LAPORAN PRAKTEK LAPANG
(FIEDLTRIP)
PENGANTAR ILMU
PERTANIAN
OLEH
KELOMPOK 3
IMAM WAHYUDI
SUPRIADI. L
FITRIANI
NURAENI
AGUS
FAIZAL
HARDIANTI
HIDAYAT
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya
penulis telah dapat menyelesaikan laporan Praktek Lapang dengan judul TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN,
DI SUNGGUMINASA DI BALAI BESAR PUSAT PENELITIAN BATANGKALUKU, KABUPATEN GOWA
Melalui
kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi Laporan Praktek ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan
ini saya mempersembahkan Laporan Praktek ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi Laporan Praktek ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada;
1.
Bapak Tola S,ST. Selaku pembimbing Ilmu Pertanian Budidaya pangan dan ikan.
2. Ibu Sumarni,
S.PT, M.Si Selaku pembimbing Ruang-Ruang Pengolahan
3. Serta sederatan Dosen Pengampuh
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian Berkelanjutan
Kritik dan saran sangat
diharapkan demi terwujudnya kesempurnaan laporan ini,juga sebagai bahan
perbaikan dan penyusunan bagi penulis dimasa mendatang. Demikian laporan ini
disusun, dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua .Amin ya rabbal
alamin.
Koordinator
Kelompok 3
Imam Wahyudi
Nim 105960 1327 12
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan dan
Kegunaan
2
1.2.1.
Tujuan
2
1.2.2.
Kegunaan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Pengertian
Pertanian Berkelanjutan
4
2.2. Tanaman
Pangan dan Holtikultura
5
2.3. Kompos dan Biogas
5
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI
PRAKTEK
6
3.1. Waktu dan Tempat
6
3.2.
Metode Penelitian
6
BAB IV PEMBAHASAN
9
4.1.
Pertanian Tanaman Pangan
9
4.2. Teknik
Budidaya Tanaman Pangan
14
4.3. Teknik
Pembutan Biogas
15
BAB V PENUTUP
20
5.1. Kesimpulan
20
5.2. Saran
20
LAMPIRAN
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Praktek lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Lapangan akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji
serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati
permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun
kenyataan yang sebenarnya.
Praktek memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan
mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah satu penerapan
disiplin dan pengembangan karier dan ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja,
mahasiswa dapat menilai tentang pengembangan dari ilmu yang mereka miliki.
Dengan demikian mahasiswa di tuntut agar Praktek Lapangan menjadi media pengaplikasian dari teori yang
diperoleh dari bangku kuliah ke tempat kerja serta meningkatkan hubungan
kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi.
Praktek Lapangan dapat
menjadi media promosi lembaga terhadap institusi kerja. Kualitas lembaga
perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas para mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja lapangan tersebut.
Selain itu praktek lapangan juga
dapat membantu institusi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja akademis yang
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dimilikinya. Mahasiswa akan merasakan
secara langsung perbedaan antara teori di kelas dengan yang ada di lapangan.
Praktek Kerja Lapangan sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengalaman
kerja sehingga dapat menjadi tenaga kerja profesional nantinya. Lebih dapat
memahami konsep-konsep non-akademis di dunia kerja. Praktek kerja lapangan akan
memberikan pendidikan berupa etika kerja, disiplin, kerja keras,
profesionalitas, dan lain-lain. Manfaat
Praktek Lapangan antara lain:
1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan
keterampilan untuk melaksanakan program kerja pada perusahaan maupun instansi
pemerintahan. Melalui praktek kerja
lapangan mahasiswa mendapatkan bentuk pengalaman nyata serta
permasalahan yang dihadapi dunia kerja . Selain itu, mahasiswa akan menumbuhkan
rasa tanggung jawab profesi di dalam dirinya melalui praktek kerja lapangan.
2. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Lembaga dapat menjalin kerjasama dengan dunia
usaha, Lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan Instansi Pemerintahan. Praktek
Lapangan dapat mempromosikan keberadaan Akademik di tengah-tengah dunia kerja.
3. Bagi Tempat Praktek
Institusi dapat
memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan akademi dari praktek kerja lapangan tersebut. Dunia
kerja atau institusi kerja tersebut akan memperoleh tenaga kerja yang sesuai
dengan bidangnya. Kemudian laporan praktek
kerja lapangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber informasi
mengenai situasi umum institusi tempat praktek tersebut.
2.1. Tujuan
dan Kegunaan
2.1.1. Tujuan
-
Untuk mengetahui secara luas tentang pertanian
-
Untuk mengetahui tentang budi daya tanaman
-
Untuk mengetahui pembuatan kompos dan biogas
2.1.2. Kegunaan
-
Dapat
memahami ilmu pertanian secara luas
-
Mengetahui
tentang budi daya tanaman dan ikan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu tersebut
kepada masyarakat
-
Mengetahui
teknik pembuatan pupuk dan biogas sebagai unsur syarat pokok dalam pertanian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian Berkelanjutan
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR,
1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil
untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia,
tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi
jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal
digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya
yang dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan
risiko.
Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan
begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai, dan
bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam
pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang
mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan
termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri
dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi yang
bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
Anggap saja sistem pertanian berkelanjutan dipandang sebagai suatu paradigma
ilmu. Sistem pertanian berkelanjutan sebagai paradigma ilmu membuat khalayak
yang mempercayainya hendaknya (a) mengetahui apa yang harus dipelajarinya, (b)
apa saja pernyataan-pernyataan yang harus diungkapkan, dan (c) kaidah-kaidah
apa saja yang harus dipakai dalam menafsirkan semua jawaban atas fenomena
pertanian berkelanjutan. Dalam perspektif falsafah ilmu berikutnya, suatu
paradigma ilmu pada hakekatnya mengharuskan ilmuwan untuk mencari jawaban atas
suatu pertanyaan mendasar yaitu bagaimana, apa dan untuk
apa.
2.1. Tanaman Pangan dan Holtikultura
a.
Teknologi pangan
Teknologi pangan adalah aplikasi dari ilmu pangan untuk sortasi, pengawetan, pemrosesan, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan bahan pangan yang aman dan bernutrisi. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan
tersebut. Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert
mengalengkan bahan pangan yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun
ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu
pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu
pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang
terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh
mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
b.
Hortikultura
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura/colere (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Kemudian
hortikultura digunakan secara lebih luas bukan hanya untuk budidaya di kebun.
Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang
kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya
pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada
budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas
produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Orang yang
menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis.
2.3. Kompos dan Biogas
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan
aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik.
Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif
penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat
semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir
dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
3.1.
TEMPAT & WAKTU
A.
Tempat
& Waktu Penelitian
Praktek Studi Lapang ini
dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku dan di Kabupaten
Gowa Yang berlangsung pada Hari Kamis, Tanggal 29 November 2012, pukul 08.30
sampai selesai
B. Objek
Sasaran
Pada praktikum Studi Lapang di Balai Besar Pusat Penelitian
adapun objek yang diamati adalah seperti:
1. Budidaya Tanaman Pangan
2. Budidaya tanaman Holtikultura
3. Kandang Ternak
4. Pembuatan Biogas
5. Pembuatan Pupuk Kompos
3.2. METODE PENELITIAN
A. Pembuatan Biogas
CARA MEMBUAT BIOGAS
(GAS METAN, CH4) DAN PUPUK KOMPOS DARI KOTORAN TERNAK
1. Siapkan biang atau ragi, sekitar 2 liter kotoran ternak segar, + 2 liter air. Simpan dalam botol/jerigen terbuka selama 2 bulan.
2. Siapkan drum besar,
masukkan kotoran bersama peragi, beri air 1 : 1, sesekali diaduk sampai penuh.
3. Masukkan drum kecil
terbalik (tidak bocor) yang sudah diberi selang dan kran udara pengeluar gas
dan udara. Tekan sampai tenggelam sempurna (tidak boleh ada udara terkurung).
4. Sekitar 2 minggu, drum kecil mulai terangkat, berarti biogas sudah timbul gas. Gas pertama dibuang dengan membuka kran, drum kecil ditekan, karena tercampur udara. Bila dinyalakan bisa meledak. Selanjutnya gas elpiji (LPG) gratis ini sudah dapat dipakai untuk memasak.
Bila gas sudah habis, tidak diproduksi lagi berarti kotoran ternak tersebut sudah jadi pupuk kompos, tidak bau, penyubur tanah, sayuran kualitas istimewa, harga mahal. Untuk menghemat kotoran ternak, dapat juga dicampur makanan bekas yang, sayuran, sampah organik.
4. Sekitar 2 minggu, drum kecil mulai terangkat, berarti biogas sudah timbul gas. Gas pertama dibuang dengan membuka kran, drum kecil ditekan, karena tercampur udara. Bila dinyalakan bisa meledak. Selanjutnya gas elpiji (LPG) gratis ini sudah dapat dipakai untuk memasak.
Bila gas sudah habis, tidak diproduksi lagi berarti kotoran ternak tersebut sudah jadi pupuk kompos, tidak bau, penyubur tanah, sayuran kualitas istimewa, harga mahal. Untuk menghemat kotoran ternak, dapat juga dicampur makanan bekas yang, sayuran, sampah organik.
B. Cara praktis
pembuatan bokashi jerami - pupuk kandang
Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan:
(1). dalam bangunan
yang memiliki lantai rata, keras dan bebas dari genangan air, serta adanya atap
yang melindungi dari terik matahari dan hujan,
(2). dekat dengan
sumber bahan organik: jerami, pupuk kandang, sampah, sekam, dedak dll.,
(3). dekat dengan
sumber air, dan
(4). transportasi
mudah.
Alat yang diperlukan:
Garuk atau cangkul, Pemotong rumput atau sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan
Karung atau plastik.
Bahan
1. Jerami dicacah
halus 3- 5 cm : 500 kg
2. Pupuk kandang : 500
kg
3. EM-4 : 500 mL
4. Gula pasir : 250
gram
Cara pembuatan:
1. Larutan EM-4.
Masukkan 20 mL EM-4 + 10 gram gula pasir + air bersih 1.000 mL ke dalam jerigen
tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan selama 24 jam.
2. Jerami + pupuk
kandang dicampur merata di atas lantai.
3. Tambahkan larutan
EM-4 ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam adukan tersebut
sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai
menetes
4. Buat gundukan
setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni.
5. Setiap 2 hari
gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50 oC gundukan harus
dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan
karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan EM-4.
6. Setelah 3 minggu
gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak
lolos saring dikomposkan kembali.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.
Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan
merupakan salah satu subsektor pertanian dan ekonomi yang sangat penting dan strategis, karena
subsektor tanaman pangan merupakan salah
satu subsektor bagi pemenuhan pangan
bagi rakyat Indonesia, merupakan salah
satu sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan sekaligus sebagai sumber pendapatan bagi
bangsa Indonesia. Dibalik nilai (value) yang penting dan strategis tersebut,
subsektor tanaman pangan juga
merupakan salah satu pusat kemiskinan di
Indonesia. Pengusahaan lahan yang sangat sempit
dan ketidakberdayaan dalam menentukan harga menjadi faktor penyebab
kemiskinan bagi pelaku usaha (petani)
tanaman pangan. Sementara itu, disisi
lain, pelaku usaha (petani) tanaman pangan dituntut untuk berpartisipasi dalam membangun
kekuatan pangan nasional melalui
peningkatan produktivitas maupun peningkatan indeks pertanaman.
Tuntutan tersebut sering kali
terbentur pada ketidakberdayaan petani dalam menerapkan (mengadopsi) teknologi
karena keterbatasan modal usaha. Menyadari begitu rumit permasalahan pencapaian
sasaran pembangunan tanaman pangan maka upaya keterpaduan dan penyelarasan
antar sektor/subsektor, baik di Pusat dan Daerah. Pada tahun 2012, untuk menetapkan pencapaian
Empat Sukses Kementerian Pertanian sebagai
sasaran strategis meliputi a) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada
berkelanjutan, b) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, c) mewujudkan
peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta d) mewujudkan
peningkatan kesejahteraan petani.
Orientasi peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan dilakukan
secara bersamaan untuk memberikan rasa keadilan bagi petani.
Tanaman di
misalkan tanaman padi. Padi merupakan tanaman yang paling penting
di negeri kita Indonesia ini. Betapa tidak karena makanan pokok di Indonesia
adalah nasi dari beras yang tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Selain di
Indonesia padi juga menjadi makanan pokok negara-negara di benua Asia lainnya.
Padi merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Hama yang
banyak menyerang tanaman ini adalah tikus, orong-orong, kepinding tanah
(lembing batu), walang sangit dan wereng coklat. Hama-hama itulah yang sering
menyebabkan padi gagal panen dan tentunya membuat petani merugi. Hama tikus merusak tanaman padi pada semua fase tumbuh
dari semai hingga panen, bahkan sampai penyimpanan. Kerusakan parah terjadi
jika tikus menyerang padi pada fase generatif, karena tanaman sudah tidak mampu
membentuk anakan baru. Pada serangan berat, tikus merusak tanaman padi mulai
dari tengah petak, meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2baris padi di
pinggir petakan. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang hari, tikus
bersembunyi dalam sarangnya ditanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang,
dandi daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus
bermigrasi kedaerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah
setelah pertanaman padi menjelang generatif. Kehadiran tikus pada daerah
persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki. Dalam penanggulanga hama
tikus biasanya para petani menggunakan emposan tikus, Alat ini efektif untuk
digunakan membasmi hama tikus disawah. Caranya adalah dengan membakar jerami
plus belerang didalam tabung alat, kemudian menghembuskan angin dengan cara
memutar tuas kipas, maka asap beracun akan keluar. Asap inilah yang dimasukkan/
diarahkan ke dalam lubang-lubang tempat tikus bersembunyi dilahan persawahan.
Dengan pengasapan ini maka tikus-tikus tersebut akan mati. Keunggulannya yaitu
kaerna menggunakan bahan pipa galvanized sehingga tahan karat dan lebih awet
4.1.1. BUDI DAYA
TANAMAN PADI JAJAR LEGOWO
Dalam melaksanakan usaha tanam padi ada
bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun
cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi.
Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan
masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai
contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak
tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan
teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan
diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan
kelanjutannya.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara
harfiah tersusun dari kata “lego (lega)” dan “dowo (panjang)”
yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam
ini. Sistem tanam jajar legowo diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang
bernama Bapak Legowo yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian
melalui pengkajian dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau
anjuran untuk diterapkan oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas
tanaman padi.
4.1.2. SISTEM TANAM JAJAR
LEGOWO
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan
populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar
legowo merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Sistem tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya
memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman
pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa
tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang
lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga
memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas
sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan
dari penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah
populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi
baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris
kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian
hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3. Mengurangi
kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada lahan yang
relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan dengan lahan
yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah sehingga
perkembangan penyakit dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk
karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
5. Dengan menerapkan
sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan barisan tanaman untuk
mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar matahari secara
optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin banyak
intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme
terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga
akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan
hasil.
4.1.3. PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
Secara umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa
dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan
varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam
untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup
dengan jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki
penampilan lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya
22,5 sampai 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan
jarak tanam 20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak
yang lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya
bisa 25 X 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan
hasil yang optimal.
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara
umum dapat dilakukan yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6
: 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian
masyarakat petani di Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar
legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar
legowo (4:1) sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk
mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah
setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada
sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) X 10 cm (barisan
pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan
seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1)
dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem
jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan
penangkaran atau produksi benih. Untuk lebih jelasnya tentang cara tanam jajar
legowo (2 : 1) dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.
sistem
tanam jajar legowo (2 : 1)
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap tiga
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir dilakukan pada
baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari
adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman
dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-3)
dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir)
X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di
bawah ini.
sistem
tanam jajar legowo (3 : 1)
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap empat
baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali
dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti ini maka setiap
baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman pinggir yang
diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir.
Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada
setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4) dengan jarak tanam setengah dari
jarak tanam antar barisan.
Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (4 : 1)
adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir)
X 40 cm (barisan kosong) yang lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar di
bawah ini.
sistem
tanam jajar legowo (4 : 1)
Seperti telah diuraikan di atas bahwa prinsip dari sistem tanam
jajar legowo adalah meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan
jarak tanam. Adapun jumlah peningkatan populasi tanaman dengan penerapan sistem
tanam jajar legowo ini dapat kita ketahui dengan rumus : 100 % X 1 / (1 +
jumlah legowo).
Dengan demikian untuk masing-masing tipe sistem tanam jajar
legowo dapat kita hitung penambahan/peningkatan populasinya sebagai berikut ;
Jajar legowo (2:1)
peningkatan populasinya adalah 100 % X 1(1 + 2) = 30 %
Jajar legowo (3:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Jajar legowo (3:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 3) = 25 %
Jajar legowo (4:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 4) = 20 %
Jajar legowo (5:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 5) = 16,6 %
Jajar legowo (6:1) peningkatan populasinya adalah 100 % X 1 (1 + 6) = 14,29 %
Tipe sistem tanam jajar legowo (4:1) dipilih sebagai anjuran
kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena
berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta
mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam
penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman
padi.
Sistem tanam jajar legowo memang telah terbukti dapat
meningkatkan produksi padi secara signifikan meskipun masih terdapat beberapa
hal yang mungkin lebih tepat disebut sebagai “konsekuensi untuk mendapatkan
hasil produksi yang lebih tinggi” dibanding disebut sebagai “kelemahan atau
kekurangan” dari sistem tanam jajar legowo. Beberapa hal ini diantaranya adalah
;
1. Sistem tanam jajar
legowo akan membutuhkan tenaga dan waktu tanam yang lebih banyak.
2. Sistem tanam jajar
legowo juga akan membutuhkan benih dan bibit lebih banyak karena adanya
penambahan populasi.
3. Pada baris kosong
jajar legowo biasanya akan ditumbuhi lebih banyak rumput/gulma.
4. Sistem tanam jajar
legowo yang diterapkan pada lahan yang kurang subur akan meningkatkan jumlah
penggunaan pupuk tetapi masih dalam tingkat signifikasi yang rendah.
5. Dengan membutuhkan
waktu, tenaga dan kebutuhan benih yang lebih banyak maka membutuhkan biaya yang
lebih banyak juga dibandingkan dengan budi daya tanpa menggunakan sistem tanam
jajar legowo.
Dengan budi daya padi sesuai rekomendasi atau anjuran yang tepat
dalam hal ini pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maka semua hal diatas dapat
tertutupi dari hasil produksi yang didapatkan sehingga ditinjau dari faktor
penambahan tenaga kerja dan biaya produksi tidak akan berpengaruh dan tetap
lebih menguntungkan dibandingkan tanpa menerapkan sistem tanam jajar legowo.
Sebagai tambahan bahwa penerapan sistem tanam jajar legowo akan
memberikan hasil maksimal dengan memperhatikan arah barisan tanaman dan arah
datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman dibuat menghadap arah matahari
terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh intensitas sinar matahari
yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama tanaman pinggir
yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
4.2. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis
tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang
diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada
pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan
pokoknya.
Oleh karena itu, sebagian besar tanaman pangan yang ditanam di
negara ini adalah padi. Daerah lumbung padi di Indonesia sebagian besar adalah
di pulau Jawa, Bali dan Sumatra. Walaupun sebagian besar beras diekspor dari
negara lain, namun ketiga pulau inilah yang menyumbang konsumsi beras nasional.
Selain padi, makanan pokok lainnya adalah sagu, singkong, jagung serta ubi.
Tanaman pangan yang dapat ditemui sehari-hari dan ditanam di
pekarangan rumah adalah sayur mayur dan buah-buahan yang dapat diolah menjadi
masakan dan beberapa tanaman dapat dimakan tanpa harus dimasak. Di Jawa Barat,
sebagian besar masyarakatnya biasa memakan sayuran mentah yang dijadikan
lalapan dan sebagian besar dari sayuran tersebut diambil dari kebun mereka
sendiri.
Memakan sayuran dari
kebun sendiri lebih sehat daripada membeli sayuran di pasar karena sayuran
kebun tumbuh secara alami tanpa terkena bahan-bahan yang berbahaya seperti
pestisida. Banyak memakan sayuran dan buah sangatlah baik untuk
kesehatan. Selain mengandung banyak serat dan vitamin, tanaman juga dapat
membuat awet muda, memuluskan kulit serta melunturkan lemak.
Selain kedua jenis tanaman tersebut, jenis tanaman pangan
lainnya adalah tanaman yang dapat diolah menjadi makanan lain atau jenis holtikultura.
Salah satu contoh jenis tanaman ini adalah kedelai. Kedelai dapat diolah
menjadi tempe, tahu, susu dan makanan lainnya. Tanaman holtikultura juga
merupakan bagian dari pertanian yang memiliki peranan penting bagi dunia
industri di Indonesia.
Tanaman tersebut menjadi bahan baku pokok untuk berbagai produk
makanan, baik yang diawetkan/instan atau makanan lainnya. Selain itu,
holtikultura juga mendatangkan devisa bagi negara yaitu sebagai komoditas ekspor. Sayangnya dunia
pertanian di Indonesia saat ini mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak menaruh minat serius
untuk mengembangkan berbagai bibit tanaman unggul seperti yang difokuskan pada
jaman Orde Baru ketika Indonesia terkenal jaya sebagai negara swasembada pangan
yang menjadi kiblat percontohan negara-negara lainnya terutama negara tetangga.
Namun, walaupun beberapa bahan makanan pokok dan tanaman
holtikultura penting saat ini masih diimpor dari negara lain, kebutuhan tanaman
pangan di Indonesia masih mencukupi untuk konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
4.3. TEKNIK PEMBUATAN
BIOGAS
Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob).
Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2
(karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S. Biogas dapat dibakar seperti
elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi
listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama yaitu kotoran ternak
Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda Biogas
atau sering disebut pula gas bio merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan
organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, atau sampah direndam dalam air
dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa udara). Biogas ini
sebenarnya dapat pila terjadi pada kondisi alami. Namun untuk mampercepat dan
menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya zat
tersebut.
Jika kotoran ternak yang yang telah dicapur air atau isian
(slurry) dimasukkan kedalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses
pembusukan yang terdiri dari dua tahap, yaitu proses aerobik dan proses
anarobik. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya
berupa karbon dioksida (CO2). Proses ini berakhir setelah oksigen didalam alat
ini habis. Selanjutnya proses pembusukan berlanjut pada tahap kedua (proses
anaerobic). Pada proses yang kedua inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian,
untuk menjamin terjadinya biogas alat ini harus tertutup rapat, tidak
berhubungan dengan udara luar sehingga tercipta kondisi hampa udara (tanpa
udara).
Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena
mengandung gas metan (CH4) dalam prosesntasenya yang cukup tinggi (54 – 70 %).
Akibat lain yang ditimbulkan karena penggunaan kotoran ternak sebagai biogas
adalah :
1.
Mengurangi ketergantungan pada pemakaian
minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya mahal.
2.
Mengurangi dampak yang muncul dari polisi yang
disebabkan oleh kotoran.
3.
Dalam jangka panjang, diharapkan mampu
mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan bakar sehingga kelestarian hutan
menjadi lebih terjaga.
4.
Sisa campuran kotoran yang sudah tidak
menghasilkan gas (sludge) dapat digunakan pupuk organik yang baik.
BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang
diperlukan dalam membuat peralatan adalah :
1.
3 buah drum (200 Liter) dan sebuah drum (120
liter). Bisa terbuat dari seng atau plastik.
2.
pipa
dengan diameter 0,5 inchi (1,25 cm) dilengkapi dengan kran untuk saluran gas.
3.
pipa dengan diameter 2 inchi (5 cm) untuk
sdaluran isian dan pembuangan.
4.
corong dengan dimeter ujung 2 inci, sebagai
corong pemasukan.
5.
selang untuk penyaluran gas.
DESAIN
ALAT
Cara membuat alat
sebagai berikut :
1. Tabung Produksi
Dua drum (200 liter) dibuka salah satu sisinya, dengan sebuah
drum yang dibuka separo (0,5 diameter). Kemudian sisi yang terbuka penuh dan
sisi yang terbuka sebagian tersebut disambungkan. Pada sisi drum yang lain
dibuat lubang masing-masing dengan diameter 5 cm . Satu lubang dihubungkan
dengan pipa pemasukan, dan lubang yang lain dengan pipa pembuangan
(masing-masing pipa berdiameter 5 cm). Dan perkuat tiap-tiap pipa tersebut
dengan sebuh penopang. Usahakan ketinggian pipa pemasukan dengan sebuah corong,
untuk mempermudah proses pengisian, agar tidak terguling (menggelinding) ,
sebaiknya tabung produksi diberi kaki penyangga, usahakan posisi kedua pipa
tegak keatas. Pada sisi atas tabung dibuat lubang dengan diameter 1,25 cm dan
disambungkan dengan pipa seukuran yang sudah dipasang kran. Tabung produksi
sudah jadi dan bisa dihubungkan dengan tabung penyimpanan dengan selang melalui
kran.
2. Tabung penyimpan
Buka salah satu sisi drum (120 liter dan 200 liter). Untuk drum
kecil (120 Lt) pada sisi yang lain dibuat 2 lubang berdiameter 1,25 cm, satu
lubang untuk pemasukan gas dan yang lain untuk pengeluaran. Sambungkan kedua
lubang tersebut dengan pipa seukuran, dan untuk pipa pengeluaran pasang kran.
Letakkan drum besar dengan sisi terbuka menghadap keatas,lalu masukkan drum
kecil dengan posisi terbalik. Tabung penyimpanan sudah jadi dan bisa diisi
dengan air. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat adalah kekedapannya,
jadi sebelum alat degunakan sebaiknya diuji drlr kekegapannya, kalau ada yang
bocor harus ditambal atau diganti.
CARA
PEMBUATAN:
1.
Yang dilakukan pertama kali adalah membuat
isian yaitu campuran dari kotoran ternak yang masih segar dengan air dengan
perbandingan 1 ; 1,5
2.
Aduk hingga rata dan bersihkan dari benda
benda0benda lain yang mengkin terbawa
3.
Masukkan isian ke dalam tabung produksi sampai
penuh (ada yang keluar dari pipa buangan)
4.
Buka kran pada tabung produksi, yang telah
dihubungkan dengan tabung penyimpan melalui sebuah selang.
5.
Masukkan air kedalam tabung penyimpan (drum
200 lt_ sampai ketinggian 50 cm.
6.
Masukkan drum kecil kedalamnya dan biarkan
tenggelam sebagian. Jangan lupa tutup kran pembuangan gas.
7.
Setelah 3 minngu, gas mulai terbentuk ditandai
dengan terangkatnya drum kecil. Gas ini masih bercampur udara sehingga rawan
meledak, karena itu harus dibuang dengan cara membuka kran pembuangan. Setelah
habis, (ditandai dengan turunnya kembali drum kecil) maka kran kembali ditutup.
Dan berikutnya gas yang terbentuk sedah dapat digunakan.
8.
Pengisian selanjutnya dapat dilakukan setiap
hari, banyaknya sekitar 20 liter.
a.
Manfaat Energi Biogas
Manfaat energi
biogas adalah menghasilkan
gas metan sebagai pengganti
bahan bakar khususnya minyak
tanah dan dapat dipergunakan
untuk memasak. Dalam skala besar,biogas
dapat digunakan sebagai
pembangkit energi listrik.
Di samping itu,
dari proses produksi biogas akan
dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung dipergunakan sebagai
pupuk organik pada tanaman/budidaya pertanian. Dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut
mengingat cukup banyaknya populasi
ternak . Jumlah sapi 11 juta
ekor, kerbau 3 juta ekor dan kuda 500 ribu ekor . Setiap 1 ekor ternak
sapi/kerbau dapat dihasilkan ± 2 m3 biogas per hari. Potensi ekonomis Biogas
juga sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat
digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Di samping itu pupuk organik yang dihasilkan
dari proses produksi biogas sudah tentu mempunyai nilai ekonomis yang tidak
kecil pula.
c. Kelebihan dan
Kekurangan Biogas
Selain bermanfaat
sebagai pengganti bahan bakar, ada sejumlah kelebihan yang dapat
diperoleh dari biogas terhadap lingkungan, antara lain:
1.
Masyarakat tak perlu menebang pohon untuk
dijadikan kayu bakar.
2.
Proses memasak jadi lebih bersih, dan sehat
karena tidak mengeluarkan asap.
3.
Kandang hewan menjadi semakin bersih karena
limbah kotoran kandang langsung dapat diolah.
4.
Sisa limbah yang dikeluarkan dari biodigester
dapat dijadikan pupuk sehingga tidak mencemari lingkungan.
5.
Dapat berkontribusi menurunkan emisi gas rumah
kaca melalui pengurangan pemakaian bahan bakar kayu dan bahan bakar minyak
6.
Realatif lebih aman dari ancaman bahaya
kebakaran.
Adapun kekurangannya adalah :
1.
Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam
bentuk instalasi biogas.
2.
Tenaga kerja tidak memiliki kemampuan memadai
terutama dalam proses produksi.
3.
Belum dikenal secara meluas dalam masyarakat.
4.
Tidak dapat dikemas dalam bentuk cair dalam
tabung.
Jenis-Jenis
Biogas
Ada dua macam Biogas
yang dikenal saat ini, yaitu Biogas (yang juga sering disebut gas rawa) dan
Biosyngas. Perbedaan mendasar dari kedua bahan diatas adalah cara pembuatannya.
4.1 Biogas
Biogas dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob pada
lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi biogas didominasi oleh Komposisi
biogas terdiri atas metana (CH4) 55-75%, Karbon dioksida (CO2)
25-45%, Nitrogen (N2) 0-0.3%, Hidrogen (H2) 1-5%,
Hidrogen sulfide (H2S) 0-3%, Oksigen (O2) 0.1-0.5%. Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas
sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel
4.2 Biosyngas
Biosyngas (atau lebih
sering disingkat Syngas atau Producer Gas) adalah produk antara (intermediate)
yang dibuat melalui proses gasifikasi termokimia dimana pada suhu tinggi
material kaya karbon seperti batubara, minyak bumi, gas alam atau biomassa
dirubah menjadi Karbon monoksida (CO) dan Hidrogen (H2). Apabila
bahan bakunya batubara, minyak bumi dan gas alam, maka disebut Syngas,
sedangkan jika bahan bakunya biomassa maka disebut Biosyngas. Biosyngas dapat
digunakan langsung menjadi bahan bakar atau sebagai bahan baku untuk proses kimia
lainnya. Kandungan energi biosyngas kurang lebih 3 – 8 MJ/N.m3 (mega
joules per normal meter kubik), tetapi dapat mencapai 10 – 20 NJ/N.m3 jika
menggunakan oksigen murni digunakan dalam proses gasifikasi. Jika dalam proses
gasifiksi ditambahkan uap/steam, yang disebut “reforming”, gas yang dihasilkan
akan mengandung hidrogen (H2) dalam konsentrasi tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pada saat penilitian dapat di
simpulkan bahwa Pertanian Berkelanjutan Suatu
Konsep Pemikiran Masa Depan. Pertanian berkelanjutan adalah pertanian
yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan datang dan selamanya. Artinya
pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana
bagi semuanya.
Jadi dengan kata lain
pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi
warisan yang berharga bagi anak cucu kita.
5.2. SARAN
Dengan sengaja kami buat Laporan Praktek
ini yang bertujuan agar bisa membantu petani dalam peningkatan produksi secara
kuantitas dan kualitas. Dengan disusunya Laporan Praktek ini kami berharap para
pembaca atau petani bisa menerapkan metode-metode budidaya tanam pangan maupun
cara pembuatan kompos telah kami buat ulasannya. Agar Laporan Praktek yang kami
buat tidak sia-sia atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
LAMPIRAN
Mesin Pencacah bahan kompos
Mesin penggiling kompos ( copper)
Mesin penyaring kompos
Mesin Pemipit jagung
Mesin penggiling beras
Mesin penggiling jagung
Mesin penggiling kakao
Mesin Penggiling daging
Tabung penampungan Biogas
Mesin pengering kakao
Mesin penggiling gabah
Mesin penggiling Ubi kayu dan Kelapa Dalam
Mesin Pemecah kakao dari kulitnya
Mesin pengiris kripik
Mesin pengemas plastik
Alat peniris kripik yang sudah digoreng
Alat penggoreng Kripik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar