Wereng Coklat ( Nilaparvata lugens)
Hama ini dapat menyebabkan
tanaman padi mati kering dan tampak seperti terbakar atau puso, serta dapat
menularkan beberapa jenis penyakit. Tanaman padi yang rentan terserang wereng
coklat adalah tanaman padi yang dipupuk dengan unsur N terlalu tinggi dan jarak
tanam yang merupakan kondisi yang disenangi wereng coklat. Hama wereng
coklat menyerang tanaman pada mulai dari pembibitan hingga fase masak susu.
Gejala serangan adalah terdapatnya imago wereng coklat pada tanaman dan
menghisap cairan tanaman pada pangkal batang, kemudian tanaman menjadi menguning
dan mengering. Pengendalian dianjurkan menggunakan insektisida sistemik Winder
100EC (0,25-0,5 ml/L), Winder
25WP (0,125-0,5 g/L), WinGran
0,5GR ditaburkan merata. Wereng Hijau
( Nephotettix virescens)
Hama wereng hijau
merupakan hama penyebar (vector) virus tungro yang menyebabkan penyakit tungro.
Fase pertumbuhan padi yang rentan serangan wereng hijau adalah saat fase
persemaian sampai pembentukan anakan maksimum, yaitu umur ± 30 hari setelah
tanam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman kerdil, anakan
berkurang, daun berubah menjadi kuning sampai kuning oranye. Pencegahan dan
pengendalian hama wereng hijau adalah dengan melakukan penanaman yang serempak
dan menggunakan varietas yang tahan. sebagai tindakan pengendalian dapat
dilakukan bersamaan dengan pengendalian hama wereng coklat, apabila serangan
sudah mencapai ambang batas. Pengendalian dianjurkan menggunakan insektisida
sistemik Winder
100EC (0,25-0,5 ml/L), Winder
25WP (0,125-0,5 g/L), WinGran
0,5GR ditaburkan merata. Penggerek Batang
( Tryporiza sp.)
Adalah hama yang
menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang
terjadi pada fase vegetatif, daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik
tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan
berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini biasa disebut Sundep). Apabila
serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan
pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna
abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang
terdapat bekas gerekan larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut
Beluk). Pengendalian dianjurkan menggunakan insektisida WinGran
0,5GR (8-12 kg/hektar) dengan ditaburkan dicampur pupuk saat pemupukan
pertama/dasar, penyemprotan dengan Matrix
200EC (2 ml/L) dan Trisula 450SL (0,5-1,5 ml/L) secara bergantian sejak
tanaman padi berumur 2 minggu setelah tanam sampai malai padi keluar semua
dengan interval 7-10 hari. Walang Sangit
(Leptocorixa acuta)
Walang sangit
merupakan hama yang menghisap cairan bulir pada fase masak susu. Kerusakan yang
ditimbulkan walang sangit menyebabkan beras berubah warna, mengapur serta hampa.
Hal ini dikarenakan walang sangit menghisap cairan dalam bulir padi. Fase
tanaman padi yang rentan terserang hama walang sangit adalah saat tanaman padi
mulai keluar malai sampai fase masak susu. Pengendalian dianjurkan dilakukan
pada saat gabah masak susu pada umur 70-80 hari setelah tanam dengan disemprot
insektisida Greta
500EC (1-2 ml/L).
Hama Ganjur ( Pachydiplosis oryzae)
Stadia tanaman padi yang
rentan terhadap serangan hama ganjur adalah mulai dipersemaian sampai pada
pembentukan malai. Gejala serangan ganjur adalah daun padi akan menggulung
seperti daun bawang, sehingga tanaman yang terserang tidak dapat menghasilkan
malai. Pencegahan dan pengendalian hama ganjur adalah dengan melakukan
pembersihan sekitar lahan penanaman dari rumput dan padi liar yang dapat menjadi
tempat persembunyian atau inang alternatif. Melakukan penanaman padi serempak
dengan menggunakan varietas yang tahan. Pengendalian dianjurkan menggunakan
insektisida berbahan aktif Karbosulfan seperti Matrix
200EC (2 ml/L) yang bekerja secara sistemik. Ulat
Grayak ( Armyworm)
Hama ulat grayak
menyerang tanaman dengan memakan daun dan hanya meninggalkan tulang daun dan
batang. Larva ulat grayak menyerang tanaman padi sejak di persemaian sampai fase
pengisian. Serangan akan parah saat musim kemarau dan tanaman kekurangan air.
Untuk pengendaliannya dianjurkan menyemprot dengan Matrix
200EC dengan konsentrasi 1-2 mililiter per liter bergantian dengan Promectin
18EC dengan konsentrasi 0,5-1 mililiter per liter.
Hama Putih Palsu ( Chanaphalocrosis
medinalis)
Hama putih palsu
menyerang bagian daun tanaman padi, larva akan memakan jaringan hijau daun dari
dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Tanda
pertama adanya infestasi adalah kehadiran ngengat di sawah. Ngengat berwarna
kuning coklat, pada bagian sayap depan ada tanda pita hitam sebanyak tiga buah
yang garisnya lengkap atau terputus. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk
segitiga. Cara pengendalianya yaitu tidak diperkenankan menyemprot
insektisida sebelum tanaman berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih.
Tanaman padi yang terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air dan pupuk
dikelola dengan baik. Atau dengan mencegah penggenangan lahan secara terus
menerus dan mengeringkan sawah selama beberapa hari untuk membunuh
larvanya. Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan menaburkan Ventura
5GR bersamaan pemupukan dasar dengan dosis 5-10 kg/hektar. Untuk
pengendaliannya dianjurkan menyemprot dengan Matrix
200EC dengan konsentrasi 1-2 mililiter per liter bergantian dengan Promectin
18EC dengan konsentrasi 0,5-1 mililiter per liter.
Hama Putih ( Nymphula depunctalis)
Hama putih menyerang tanaman
padi mulai fase vegetatif di persemaian sampai tanaman padi berumur kurang lebih
satu bulan. Gejala serangan hama putih, hama akan memakan jaringan permukaan
bawah daun sehingga tampak garis-garis memanjang berwarna putih. Tanda adanya
hama ini di lapang adalah adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus hidup 35
hari. Stadia hama putih yang merusak adalah stadia larva. Kerusakan pada daun
yang khas yaitu daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut
dibuat menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya
(terbungkus dengan benang-benang sutranya). Tindakan pencegahan dapat pula
dilakukan dengan menaburkan Ventura
5GR bersamaan pemupukan dasar dengan dosis 5-10 kg/hektar. Untuk
pengendaliannya dianjurkan menyemprot dengan Matrix
200EC dengan konsentrasi 1-2 mililiter per liter bergantian dengan Promectin
18EC dengan konsentrasi 0,5-1 mililiter per liter. Tikus
Sawah
Tikus merusak tanaman pada
semua fase pertumbuhan dan dapat menyebabkan kerusakan besar apabila tikus
menyerang pada saat primodia. Tikus akan memotong titik tumbuh atau memotong
pangkal batang untuk memakan bulir gabah. Tikus menyerang pada malam hari dan
pada siang hari tikus bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang
sawah, pekarangan, semak atau gulma. Penegendalian hama tikus dapat dilakukan
secara terorganisir dalam skala luas oleh kelompok tani dengan pengelolaan lahan
sampai menjelang panen dengan cara gropyokan. Pengendalian dengan menggunakan
rodentisida Brodirat
0,005BB yang berbahan aktif brodifakum 0,005 persen berupa umpan siap pakai
yang berguna untuk mengendalikan hama tikus sawah.
Keong Mas ( Pomacea
canaliculata)
Keong mas merusak
tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan memakannya, menyebabkan adanya
bibit yang hilang per tanaman. Waktu kritis untuk mengendalikan serangan keong
mas adalah pada saat 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).
Bila di sawah diketahui terdapat telur berwarna merah muda dan keong mas
dengan berbagai ukuran serta warna, perlu dilakukan pengaturan air, keong mas
menyenangi tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani petani menanam
dengan sistem tanam pindah maka pada 15 hari setelah tanam pindah, perlu
dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian ( flash flood
= intermitten irrigation). Bila petani menanam dengan sistem tabela
(tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu
dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Bila diperlukan, aplikasi
pestisida berbahan aktif niclos amida dan moluska botani dapat dilakukan di
sawah yang tergenang, di caren atau cekungan-cekungan yang ada airnya tempat
keong mas berkumpul. Burung ( Lonchura spp.)
Burung menyerang tanaman
pada fase masak susu sampai padi dipanen. Burung akan memakan langsung bulir
padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil secara
langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi. Cara
pengendalian diantaranya adalah dengan menjaga lahan dengan menempatkan
orang-orangan sawah untu mengusir burung, tanam serentak, jangan menanam dan
memanen diluar musim agar tidak dijadikan sebagai sumber makanan serta
kendalikan habitat/sarang burung.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar