KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang atas rahmat dan
karuniaNya tulisan ini dapat penulis dapat menyususun malakah ini. Pada tulisan
ini penulis mencoba mengungkapkan peranan statistik pertanian.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangai sebagai sumber informasi maupun referensi dalam
kajian-kajian mata kuliah Statistik Pertanian . Penulis juga berharap semoga
pemaparan tentang Statistik Pertanian ini dapat menambah wawasan para
teman-teman mahasiswa sekalian
Akhirnya penulis memohon maaf apabila ada kajian dan
penyajian yang kurang baik dalam tulisan ini dan untuk itu penulis membuka diri
untuk menerima saran dan kritik konstruktif bagi perbaikan laporan ini.
Makassar, 04
Juli 2013
Penyusun
IMAM WAHYUDI
105960 1327 12
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
i
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. LATAR
BELAKANG
1
B. TUJUAN
3
C. RUMUSAN
MASALAH
3
D. KEGUNAAN
4
BAB II KEADAAN UMUM
LOKASI PRAKTEK
5
A. SEJARAH
BERDIRINYA
5
B. STRUKTUR
ORGANISASI
5
C. PROSES
PRODUK
7
1. JENIS
IKAN YANG DI JADIKAN SURIMI
7
2. SURIMI
IKAN NILA
8
D. KEADAAN
UMUM LOKASI PRAKTEK
11
BAB III PEMBAHASAN
12
A. HASIL
PRODUKSI PER BULAN
12
B. TOTAL
ASET TIAP PERUSAHAAN
15
BAB IV PENUTUP
15
a.
KESIMPULAN
15
b.
SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sulawesi
Selatan merupakan daerah investasi yang berpotensi oleh hasil perikanan,
industri, dan perkebunan. Komoditi unggulan dari sektor tersebut adalah kakao
(168,542.00 ton), kopi (63,737.00 ton), kelapa sawit (55,889.00 ton), kelapa
(1,030,717.00 ton), cengkeh (37,128.00 ton), perikanan (337,317.00 ton), sapi
(723,678.00 heads), jagung (875,746.00), tebu (26,171.00 ton), industri
pengolahan kopi (63,737.00 ton kopi), pelelangan ikan (2337,317.00 ton ikan
tangkapan), ikan beku (337,317.00 ton ikan tangkapan), tepung ikan (337,317.00
ton ikan tangkapan), industri kelapa terpadu (1,030,717.00 ton kelapa), industri
pengolahan daging sapi (723,678.00 ekor sapi), industri minyak essensial
(37,128.00 ton cengkeh)
Khususnya
di Kabupaten Bantaeng, kota kecil yang berada di paling selatan di Sul-sel ini
menunjukkan dirinya dengan dibangunnya Industri pengolahan ikan PT Global
Seafood International Indonesia (GSII), yang melakukan ekspor surimi beku (frozen) ke Jepang.
Bersamaan
dengan Pencanangan Bonthain
Beach Hotel di Kawasan Revitalisasi Pantai Seruni Bantaeng, turut pula
diresmikan industri lainnya di Kecamatan Pa'jukukang.Industri Pengolahan Ikan
milik investment PT. Global Seafood International Indonesia diresmikan oleh
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan sejak didirikan tahun 2008 dan mulai beroperasi
akhir 2009.
Peresmian
tersebut ditandai dengan Penadatanganan Prasasti oleh Bapak r. H. Agus Arifin
Nu’mang (Wakil Gubernur Sulawesi Selatan) dan Bapak Ir. H. M. Nurdin Abdullah,
M. Agr(Bupati Bantaeng).Pemecahan Kendi pada salah satuBlack Car Community pun menandai Pelepasan Ekspor
Perdana Hasil industri dimaksud.
Pt. Global
Seafood International Indonesia(GSII) merupakan kombinasi dari dua negara yaitu Indonesia
dan Jepang, dengan komposisi tenaga yang berpengalaman menangani hasil laut,
terutama surimi, dari Jepang serta tenaga-tenaga manajemen yang berasal dari
Indonesia. Dengan kombinasi seperti ini diharapkan PT. GSII akan dapat
berkembang dengan signifikan. Produk utama PT. GSII adalah Surimi atau
ikan giling yang berbahan dasar dari ikan merah jenis Kurisi atau dalam bahasa Jepang
dikenal dengan Itoyori.Pasar produk surimi PT.
GSII adalah Jepang, Korea dan Hongkong. Pasar Eropa dan Amerika merupakan
target pasar selanjutnya seiring dengan berkembangnya PT. GSII. PT. GSII
memiliki motto GATE TO THE WORLD,
motto ini menggambarkan keinginan kuat dalam memasarkan produk ke seluruh
dunia.
Industri
berskala internasional ini terletak di Jl. Poros Bantaeng–Bulukumba Km. 131,
Desa Pa’jukukang, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia.
Nilai
investasi yang terbilang besar ditanamkan investor Jepang pada industri
tersebut, yakni sebesar 40 milyar rupiah.Namun, hasilnya pun bukan skala
kecil.Bahan Baku yang dibutuhkan berupa ikan merah jenis Kurisi sebanyak 900
ton/ bulan, Sorbitol sebanyak 12 ton / bulan dan Gula sebanyak 12 ton/bulan.
Dari bahan-bahan yang dikerjakan sebanyak 1.000 orang pekerja ini, dalam
sebulan mampu diproduksi Surimi ± 300 ton/bulan atau
setara dengan 15 Black Car Community (container) per bulannya.
Kehadiran
industri besar di kota yang sangat kecil ini ternyata mampu mengubah banyak
hal. Antara lain adalah mengurangi tingkat pengangguran, mempercepat laju
perekonomian dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.Namun begitu, meski di
produksi di dalam negeri, hasil produksinya tidak di pasarkan di Bantaeng
ataupun kota lain yang ada di Indonesia. Karena alasan warga local tidak begitu
meminati produk tersebut.
B.
TUJUAN
1. Praktikum dapat memahami manfaat
statistic
- Praktik dapat mengenal dan memahami konsep statistik
- Mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan statistika
seperti; memasukkan data (data entry),
mengedit data, transformasi data, analisis data, mengambil suatu
kesimpulan pada saat penelitian.
- Praktik dapat mengolah dan menganalisa suatu data dengan Uji Histogram
dan Distribusi Normal.
C.
RUMUSAN MASALAH
1.Statistik diperlukan di dalam dunia perguruan tinggi dan
dunia perusahaan serta di dalam kehidupan sehari-hari.
2.Pada saat ini bidang statistik dikenal sebagai suatu alat
untuk menguji konsep-konsep dan untuk merasakan arah-arah didalam berbagai
ragam disiplin ilmu.
D.
KEGUNAAN
1.Memberikan pengetahuan baru kepada praktikan tentang
penerapan statistik di petuasahaan
2.Praktikan tau dan mampu melakukan deskripsi dan
inferensia data dengan menggunakan statistik
3.Merupakan suatu bekal untuk praktikan dalam melakukan
riset
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK
A.
SEJARAH
BERDIRINYA
Pt Global Seafood International
Indonesia didirikandi Kecamatan Pa'jukukang. Yang merupakan Industri
Pengolahan Ikan ,bersamaan dengan Pencanangan Bonthain Beach Hoteldi Kawasan Revitalisasi Pantai Seruni Bantaeng,
diresmikan oleh Wakil Gubernur Sulawesi Selatan sejak didirikan tahun 2008 dan
mulai beroperasi akhir 2009, tahun lalu. Berhubung karena bupati bantaeng yaitu
Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M. Agr mempunyai hubungan kerja sama dengan Japan.
Maka sepakatlah Industri Pt Global Seafood Internasional Indonesia ini
didirikan dengan investon Japan Sendiri dan bapak Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M. Agr. Dalam hal
ini pihak Japan menyediakan mesin dan alat penunjang lainnya sedangkan Ir. H.
M. Nurdin Abdullah, M. Agr menyediakan lahan yang bertempat di Kecamatan
Pa’jukukang
B.
STRUKTUR
ORGANISASI
Company Name
• Global Seafood
Co., Ltd.
Company Address
• 3-9-5 Hakata
Ekimae, Hakata-ku, Fukuoka City
TEL.092−473−2646
FAX.092−473−2647
Director
• Michihiro
Mitamura
DOB: December
10, 1968
Graduated
Fukuoka University of Education, March 1993
Established
Mitamura Seafood Co., Ltd., November 2003
Completed MBA in
Industry Management, Graduate School of Economics, Kyushu University, March
2005
Company Establishment
• October 1,
2004 Changed
company name of Mitamura Seafood Co., Ltd. and increased capital
Capital
• Yen 9,550,000
Employees
• 15 staff (9
part-timers included)
Factory
• Karashi
Mentaiko / 1-21-27 Keyago, Minami-ku, Fukuoka City
Dried Sea
Cucumber / Kakaji Gyokyounai, Mime, Kakaji-machi, Bungo Takada City, Oita
Prefecture
Affiliate Companies
• Global Seafood
Hong Kong Company Limited
Wanchai, Hong
Kong
PT Global
Seafood Indonesia
Bantaeng,
Sulawesi Selatan, Indonesia
C.
PROSES
PRODUKSI SURIMI
1.
Beberapa Jenis Ikan Yang Di Jadikan
Surimi
Selama ini surimi dibuat dari berbagai jenis ikan
tangkap seperti: kurisi, ikan merah/ikan mata goyang, ikan gulamah/tigawaja dan
ikan kuniran/ikan biji nangka. Ketersediaan bahan baku ikan tersebut di atas
sepanjang tahun sangatlah fluktuatif dan tergantung dari iklim, cuaca serta
musim tangkap. Dengan demikian kondisi industri surimi umumnya tidak dapat
beroperasi secara optimal, dan beberapa perusahaan bahkan usahanya telah gulung
tikar karena skala produksinya menjadi tidak layak lagi untuk diteruskan.
Menurut data statistik, pada tahun 2008 kapasitas terpasang industri surimi di
Indonesia telah mencapai 16,5 ribu ton, namun produksinya hanya 7,3 ribu ton,
dengan demikian tingkat produksinya hanya 44%
Surimi
merupakan produk olahan hasil perikanan setengah jadi berupa daging ikan lumat
beku yang telah mengalami proses pencucian (leaching),
pengepresan, penambahan bahan tambahan (cryoprotectant), dan pengepakan. Surimi biasanya
dibuat dari ikan laut berdaging putih dan digunakan sebagai bahan awal
pembuatan aneka produk olahan ikan (Fish Jelly Product), seperti: sosis, otak-otak,
nugget, kamaboko, suji, chikuwa, ekado, lobster/udang/kepiting imitasi dll.
Awalnya Surimi berasal dari Jepang dan saat ini telah menjadi produk yang
mendunia, karena disamping praktis dalam pemanfaatannya, surimi juga dapat
tersedia sepanjang tahun dengan kualitas terjaga. Di Indonesia surimi
masih sulit didapatkan karena umumnya langsung diekspor. Belum berkembangnya
industri olahan ikan, diskontinyuitas bahan baku, harga jual surimi yang cukup
tinggi dan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap protein ikan masih
sangat rendah, menjadi alasan mengapa produk surimi tidak berkembang di tanah
air.
2.
Surimi Ikan Nila
Untuk
mengatasi masalah di atas, BPPT telah mengembangkan teknologi proses surimi
berbahan baku ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila, dikenal sebagai
ikan berdaging putih dan sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup,
karena tubuhnya yang padat dan dagingnya tebal. Ikan nila dapat dibudidaya
secara luas di Indonesia baik kolam air tawar maupun air payau, sehingga sangat
potensial menjadi sumber bahan baku industri pengolahan ikan yang
berkelanjutan. Hasil uji laboratorium terhadap surimi nila, menunjukkan bahwa
kulaitasnya telah memenuhi standar ekspor dengan nilai kekuatan gel sebesar
457,82 gr.cm, derajat putih mencapai 59,94% dan kadar lemak 0,44%. Dengan hasil
analisa tersebut, maka dalam perdagangan, surimi ikan nila mempunyai grade AA
atau mempunyai kualitas yang sangat sangat tinggi. Pada skala industri, PT.
Global Seafood International Indonesia (GSII), sebuah perusahaan surimi di
Bantaeng, Sulawesi Selatan, telah melakukan pengujian terhadap surimi ikan nila
dan hasilnya accepted sebagai substitusi terhadap surimi ikan tangkap.
Gambar 1. Proses singkat pengolahan
ikan nila menjadi surimi
Dengan inovasi ini, diharapkan idle capacity perusahan surimi di Indonesia, sebagai akibat dari masalah
diskontinyuitas bahan baku ikan tangkap dapat teratasi. Dengan bahan baku ikan
budidaya, kuantitasnya dapat terukur dan berkesinambungan sesuai kebutuhan
industri. Pola kerjasama baru antara industri surimi dengan petani budidaya
ikan nila juga berpeluang meningkatkan pemberdayaan petani budidaya.
Sebagai informasi, BPPT juga telah mengembangkan ikan air tawar
nila gesit yang merupakan ikan jantan dengan tingkat pertumbuhan sangat cepat
dan ikan nila salin yang dapat dibudidaya pada daerah payau. Dengan
pengembangan ini, maka secara ekonomi ikan nila ini akan dapat bersaing dengan
ikan tangkap sebagai bahan baku surimi, mengingat rendemen surimi dari ikan
nila dan ikan kurisi juga kurang lebih sama yaitu 25%.
Tumbuhnya industri surimi
diharapkan tidak hanya meningkatkan ekspor, tetapi juga meningkatkan konsumsi
ikan dalam negeri yang masih sangat rendah, dari 28 kg/kapita/tahun menjadi 39
kg/kapita/tahun pada tahun 2014 yang merupakan target nasional.
Kerja
sama bisnis antara Bantaeng dengan Jepang mampu mengalirkan dana hingga Rp
18,266 miliar per bulan ke kabupaten di bagian selatan Sulawesi Selatan
(Sulsel) tersebut.
Khusus
dari hasil ekspor ikan olahan, surimi, nilainya mencapai Rp 17,066 miliar per
bulan.Angka itu dari hasil ekspor 40 ton surimi stiap pekan.
Ini belum termasuk hasil ekspor talas sekitar 10
ton per hari, berdasarkan permintaan Global Seafood Jepang.Menurut Direktur PT
Global Seafood International Indonesia (GSII), Irfan, realisasi ekspor surimi
dari Bantaeng baru sekitar 40 ton per pekan dan masih bisa
ditingkatkan."Kami sementara membicarakan dengan Marubeni (investor Jepang) dengan permintaan 300 ton per
bulan," ujarnya.
Untuk
merealisasikan permintaan 340 ton surimi per pekan itu, Irfan membutuhkan ikan
segar ratusan ton per hari. "Kami datangkan ikan dari seluruh
Indonesia," katanya.
Jenis ikan yang diolah menjadi surimi ini adalah daging
ikan merah."Nanti akan berkembang juga mengolah ikan sarden dan ikan
terbang," jelasnya.
Sumber uang yang lain dari hasil ekspor talas.
Menurut Direktur Perusda Baji Minasa, M Arif, harga talas di tingkat petani
berkisar Rp 4.000 per kg. Itu artinya tiap hari uang yang beredar di Bantaeng
dari perdagangan talas ini mencapai Rp 40 juta atau Rp 1,2 miliar per bulan.
Ekspor Ikan Olahan (surimi)
a.
Global
Seafood Jepang: 160 ton/bulan
b.
Marubeni
Jepang: 300 ton/bulan
c. Harga ekspor per kg: Empat dolar AS
atau Rp 37.100 (kurs Rp 9.275 per dolar AS
D.
KEADAAN
UMUM LOKASI
Industri
yang berskala internasional ini terletak di Jl. Poros Bantaeng–Bulukumba Km.
131, Desa Pa’jukukang, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng, Propinsi
Sulawesi Selatan, sekitar 20 kilo meter dari kota pusat Bantaeng.
Praktek ini memberi kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi yang di
datanginya sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karier dan
ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja, mahasiswa dapat menilai tentang
pengembangan dari ilmu yang mereka miliki
Praktek
dapat menjadi media promosi lembaga terhadap institusi kerja.Kualitas lembaga
perguruan tinggi dapat terukur dari kualitas para mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja lapangan
tersebut.Selain itu praktek juga
dapat membantu institusi kerja untuk mendapatkan tenaga kerja akademis yang
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dimilikinya. Mahasiswa akan merasakan
secara langsung perbedaan antara teori di kelas dengan yang ada di lapangan.
1.
Tempat Dan Waktu
Praktek Studi ini dilaksanakan di Pt. Global Seafood International
Indonesia (GSII) terletak di Jl. Poros Bantaeng–Bulukumba Km. 131, Desa
Pa’jukukang, Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng, Propinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia. Yang berlangsung pada Hari Rabu,
Tanggal 2926 Juni 2013, pukul 09.30 sampai selesai
BAB III
PEMBAHASAN
A.
HASIL
PRODUKSI PER BULAN
NO
|
BULAN
|
JUMLAH
PRODUKSI ( TON )
TALAS
|
1
|
JANUARI
|
109
|
2
|
FEBRUARI
|
150
|
3
|
MARET
|
165
|
4
|
APRIL
|
100
|
5
|
MEI
|
90
|
6
|
JUNI
|
77
|
7
|
JULI
|
133
|
8
|
AGUSTUS
|
189
|
1.
Banyaknya
kategori
2k
≥ n => K = 3
2.
Interval
=
163,33
3.
Penturusan
No
|
Interval
|
Frekwensi
|
Jml
Frekwensi ( F )
|
1
|
77
– 204,33
|
IIIIIIII
|
8
|
2
|
205,33
– 404,66
|
-
|
0
|
3
|
405,66
– 568,99
|
-
|
0
|
4.
Ferkwensi
Relatif
No
|
Interval
|
Jml
Frekwensi ( F )
|
Frekwensi
Relatif
|
Keterangan
|
1
|
77
– 204,33
|
8
|
66,67
|
(8/3)× 100%
|
2
|
205,33
– 404,66
|
0
|
0
|
(0/3)× 100%
|
3
|
405,66
– 568,99
|
0
|
0
|
(0/3)× 100%
|
5.
Batas
Bawa dan Batas Atas
No
|
Interval
|
Jml
Frekwensi ( F )
|
1
|
77
– 204,33
|
8
|
2
|
205,33
– 404,66
|
0
|
3
|
405,66
– 568,99
|
0
|
6.
Nilai
Tengah Kelas
Interval
kelas bawah – 0,5
77 – 0,5 = 78,5
241, 33 – 0,5 = 240,83
405,66 – 0,5 = 405,16
7.
Frekwensi
Kumultif
No
|
Frekwensi
Kumulatif Kurang dari
|
Frekwensi
Kumulatif Lebih dari
|
Frekwensi
|
1
|
0
+ 0 = 0
|
8
– 0 = 8
|
8
|
2
|
0
+ 8 = 8
|
8
– 8 = 0
|
0
|
3
|
8
+ 0 = 8
|
0
+ 0 = 0
|
0
|
8.
Grafik
B.
TOTAL
ASET TIAP PERUSAHAAN
No
|
Nama
Perusahaan
|
Total
Aset
(
Rp. Miliar )
|
Laba
Bersih
(
Rp. Miliar )
|
1
|
Pt.
Global Seafood International Indonesia
|
500
|
87
|
2
|
Global
Seafood Hong Kong Company Limited
|
367
|
166
|
3
|
Pt. X
|
890
|
38
|
4
|
Pt. Z
|
287
|
65
|
1. Rata-Rata
Hitung Sample
X =
=
=
511
2. Rata-rata
hitung Tertimbang
Xw = (w1x1 + w2x2 + …WnXn)/(W1 + W2 + … + Wn)
156.897/2.044
= 76.759
3. Letak Median Data
Tidak Berkelompok
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
PT
Global Seafood International Indonesia (GSII), merupakan industri pengolahan
ikan yang berlokasi di Kecamatan Pa’jukukang, Kabupaten Bantaeng. Perusahaan
ini memproduksi bakso berbahan baku ikan yang dicampur talas, di samping itu
juga memproduksi surimi dan juga talas yang akan dikirim dan pasarkan di Korea Selatan dan Japan
B.
Saran
Untuk
lebih menarik pelanggan asing, sebaiknya mungkin pengelola harus lebih
memperhatikan lahan atau stok yang di jadikan sebagai tempat penanaman dan
pemeliharaan tanaman talas. Untuk produk surimi, seharusnya jangkauannya pada
para penangkap ikan bukan hanya di Makassar saja agar produk ini tidak menjadi
timbul tenggelam dalam proses produksinya, sehingga membumbuat produk ini
kadang di produksi dan kadang tidak.
Daftar
Pustaka
Bungin,
Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Prenada
Media Group.
Hadi, S.
1995. Statistik 1, 2, 3, Yogyakarta. Andi Offset
Walpole,
R.E. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika. Bandung :
Alvabeta
Dinoyudha.
2010. Statistika Deskriftif . http://osaliana.wordpress.com /category/
materi-perkuliahan/ di akses jumat 27-06-2013
Himasta.
2009. Statistika Deskriftif. http:// statistika/STATISTIKA DESKRIPTIF SCC
HIMASTA.htm/ di akses jumat 27-06-2013
LAMPIRAN